Sebagian besar tutor dan penyelenggara pendidikan kesetaraan (Paket
A, Paket B, dan Paket C), masih rancu dengan tiga bentuk pembelajaran
yaitu tatap muka, tutorial, dan mandiri. Terutama masih belum jelas
bagaimana bentuk pembelajaran tutorial yang sesungguhnya di pendidikan
kesetaraan. Seringkali kegiatan pembelajaran yang bentuknya tatap muka
biasa dianggap sebagai tutorial, hanya karena pendidiknya disebut dengan
tutor.
Secara umum pembelajaran tutorial (
tutoring) adalah bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada warga belajar (
tutee)
untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri warga belajar secara
perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar. Pembelajaran
tutorial dilaksanakan secara tatap muka atau jarak jauh berdasarkan
konsep belajar mandiri.
Konsep belajar mandiri dalam tutorial dibedakan dengan bentuk
pembelajaran mandiri sebagaimana diatur dalam standar isi dan standar
proses program pendidikan kesetaraan. Konsep belajar mandiri dalam
tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar
dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri
warga belajar dalam belajar dengan minimalisasi intervensi dari pihak
pembelajar/tutor.
Berdasarkan standar proses pendidikan kesetaraan pembelajaran
tutorial adalah berbasis menyelesaian masalah-masalah yang sulit, atau
lebih praktis lagi pembelajaran tutorial berbentuk latihan soal atau
drill
soal. Tutorial disediakan bagi warga belajar yang membutuhkan bimbingan
untuk pencapaian kompetensi tertentu atau bimbingan lain yang menunjang
pencapaian kompetensi, termasuk praktek keterampilan.
Proses pembelajaran tutorial dilakukan minimal 30% dari keseluruhan
proses pembelajaran yang dihitung secara blok satuan kredit kompetensi.
Lalu apa beda pembelajaran tatap muka dan pembelajaran tutorial
sabagaimana diatur dalam standar proses pendidikan kesetaraan? Perbedaan
pokok adalah pada fokus belajar, pembelajaran tatap muka berorientasi
pada penyampaian materi sedangkan pembelajaran tutorial berorientasi
pada pembahasan materi yang sulit. Jika dianalogikan, tutor dalam
pembelajaran tatap muka seperti guru sekolah mengajar sedangkan tutor
dalam pembelajaran tutorial seperti guru bimbingan belajar/les. Cukup
mudah untuk dapat membedakan keduanya.
Prinsip pokok tutorial adalah ‘’kemandirian warga belajar’’ (
student’s independency).
Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika warga belajar
tidak belajar di rumah, dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’,
maka yang terjadi adalah pembelajaran tatap muka biasa, bukan tutorial.
Dengan demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas
dengan pembelajaran tatap muka, di mana peran tutor sangat besar.
Peran utama tutor dalam tutorial adalah (1) pemicu dan pemacu
kemandirian belajar warga belajar, berpikir dan berdiskusi; (2)
pembimbing, fasilitator, dan mediator warga belajar dalam membangun
pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik dan profesional
secara mandiri, dan/atau dalam menghadapi atau memecahkan
masalah-masalah dalam belajar mandirinya; (3) memberikan bimbingan dan
panduan agar warga belajar secara mandiri memahami mata pelajaran; (4)
memberikan umpan balik kepada warga belajar secara tatap muka atau
melalui alat komunikasi; memberikan dukungan dan bimbingan, termasuk
memotivasi dan membantu warga belajar mengembangkan keterampilan
belajarnya.
Agar tutorial tidak terjebak dalam situasi tatap muka biasa, terbina
hubungan bersetara, mampu memainkan peran-peran di atas, dan tutorial
berjalan efektif, tutor perlu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
berfungsi untuk (1) membangkitkan minat warga belajar terhadap materi
yang sedang dibahas, (2) menguji pemahaman warga belajar terhadap materi
pelajaran, (3) memancing warga belajar agar berpartisipasi aktif dalam
kegiatan tutorial, (4) mendiagnosis kelemahan-kelemahan warga belajar,
dan (5) menuntun warga belajar untuk dapat menjawab masalah yang sedang
dihadapi.
Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran tutorial dilakukan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut.
Kegiatan pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, tutor:
- menyiapkan kondisi pembelajaran agar warga belajar terlibat baik
secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran;
- mencatat kehadiran warga belajar;
- menyampaikan tujuan tutorial.
Kegiatan inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi warga belajar untuk berpartsipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis warga
belajar. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik warga belajar dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Dalam kegiatan inti, tutor:
- mengidentifikasi materi-materi yang sulit bagi warga belajar;
- bersama warga belajar membahas materi;
- memberikan latihan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dialami setiap warga belajar;
- menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain,
- memfasilitasi terjadinya interaksi antar warga belajar serta antara
warga belajar dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
- melibatkan warga belajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
- memberikan balikan dan penguatan.
Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup, tutor:
- bersama-sama dengan warga belajar membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran;
- bersama warga belajar melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan;
- melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan;
- memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
- memotivasi warga belajar untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri;
- melakukan kegiatan tindak lanjut melalui layanan konseling, dan/atau
memberikan tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok
sesuai dengan hasil belajar warga belajar;
- menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan tutorial berikutnya.
Memperhatikan penjelasan di atas, maka dalam menyusun rencana
pembelajaran dokumen silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
harus disesuaikan. Walau komponen dokumen pembelajaran sama antara
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran tutoria, namun terdapat
perbedaan.
Dokumen silabus pembelajaran tutorial dicirikan pada kolom kegiatan
pembelajaran, yaitu uraian kegiatan pembelajaran menandakan aktivitas
pembelajaran tutorial bukan aktivitas pembelajaran tatap muka. Komponen
lainnya tidak berbeda dengan komponen silabus pembelajaran tatap muka.
Dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tutorial dicirikan
pada bagian langkah-langkah pembelajaran, yaitu berisi uraian
langkah-langkah pembelajaran yang menandakatn aktivitas pembelajaran
tutorial bukan aktivitas pembelajaran tatap muka. Komponen lainnya tidak
berbeda dengan komponen RPP tatap muka.
Tutor juga menstimulasi warga belajar untuk terlibat aktif dalam
pembahasan (a) masalah yang ditemukan warga belajar dalam mempelajari
modul; (b) kompetensi atau konsep esensial mata pelajaran; dan (c)
persoalan yang terkait dengan unjuk kerja warga belajar di dalam/di luar
kelas tutorial.
Untuk mendukung pelaksanaan peran dan fungsi-fungsi di atas, tutor
perlu menguasai secara trampil sejumlah keterampilan dasar tutorial,
yakni (1) membuka dan menutup tutorial; (2) bertanya lanjut; (3) memberi
penguatan; (4) mengadakan variasi; (5) menjelaskan; (6) memimpin
diskusi kelompok kecil; (7) mengelola kelas; dan (8) mengajar kelompok
kecil dan perorangan. Kedelapan jenis keterampilan dasar tutorial ini
pada dasarnya sama dengan keterampilan dasar mengajar, yang diadaptasi
dari perangkat “Sydney Micro Skills” yang dikembangkan oleh Sydney
University tahun 1973.
Sebenarnya ada empat modus tutorial, yakni: tutorial tatap muka
(TTM); tutorial tertulis (tutis) lewat surat-menyurat/krespondensi;
tutorial elektorik (tutel) lewat televisi, radio, media massa, dan
internet; dan tutorial online (tuton) lewat internet. Dalam konteks
pembelajaran pendidikan kesetaraan, modus tutorial biasanya berbentuk
tutorial tatap muka. Artinya tutorial dilaksanakan secara dengan
bertatap-muka antar warga belajar bersama dengan tutor. Dengan demikian
pembelajaran tutorial juga terjadwal sebagaimana pembelajaran tatap
muka, karena pelaksanaan tutorial tatap muka juga menuntut kehadiran
warga belajar di tempat pembelajaran.
Pembelajaran tutorial dapat berbentuk
online, selama menggunakan daring sinkronus. Artinya antara tutor dan warga belajar dapat berinteraksi langsung (
online)
pada saat itu juga. Dalam hal ini tutor dapat mencatat kehadiran warga
belajar dengan mengetahui notifikasi bahwa warga belajar sedang
online mengikuti pembelajaran tutorial. Interaksi yang terjadi bisa menggunakan
teleconference atau
chatting.
Pembelajaran tutorial dapat dilaksanakan secara klasikal atau dibagi
dalam kelompok. Jika dilakukan secara klasikal tutor jangan terjebak
dalam pembelajaran tatap muka. Tutorial secara klasikal harus menuntut
warga belajar untuk membaca terlebih dahulu modul yang ada, dan fokus
kepada permasalahan yang dihadapi warga belajar dalam menguasai modul.
Pembelajaran tutorial dapat juga dilaksanakan secara kelompok,
melalui diskusi kelompok. Diskusi kelompok terbimbing yang merupakan
kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 warga belajar pada setiap kelas
di bawah bimbingan tutor mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya.
Tutor sebaya adalah warga belajar yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan
anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor
sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam
menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga warga belajar yang
bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan
baik.
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus
dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain
aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar
yang disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh
warga belajar. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, warga belajar perlu
mengajukan calon tutor sebaya.
Tutor sebaya atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi
ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar
berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada
tutor pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4)
menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap
muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk
memecahkan masalah yang dihadapi; (5) melaporkan perkembangan akademis
kelompoknya kepada tutor pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran tutor dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor
sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya,
tutor hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh
warga belajar. [fauziep]